Senin, 14 April 2008

edisi 16

Senja Usai Aku Pun Asing

tidak seperti biasa kau bawa aku
menyusuri sebuah ruang manakala hutan pinus
desisnya menyiapkan kelam
tibatiba aku merasa ada yang hilang dari diriku
sangat kurasakan
aku tidak dapat lagi memahami mengapa begitu cepat matahari meninggalkan kota ini
dengan memberi warna lain
aku mencoba menahan keseimbangan
barangkali aku harus pandai menerjemahkan catatan
suatu malam
sampai kau hilang dari pandangan

banjarbaru,1978


Kau Ada Di Sana

senja
jangan cepat
kau
gemawankan
langit ini
agar
pinus
mengantarkan
aku
kesebuah
derai
yang
jauh
rintihkanlah
hai angin
seperti rinduku
pada
Kau

banjarbaru,1978


Hujan Begitu Tajam

wajahmu seketika jadi luka
dan traffic light memucat
karena bergegas menangkap cahaya
yang nyaris lepas dari sumbunya
dan percakapan kita pun terhenti
menatap bayangan kita sendiri
yang rontok di meja cafe
tinggal separoh piala
apakah dapat menyelesaikan akhir dari
percakapan kita
sepanjang garis lukamu mengalir sepi
pinus di seberang sana kaku dan menjerit tiada henti
kupunguti liriklirikku yang menggigil ditebar angin
yang melayang di sekujur tubuhmu
aku mencoba merangkainya kembali
sebab aku telah tiada sangsi

banjarbaru, 1978


Inkarnasi Buat Sang Kekasih

di rakit tujuh batang pisang tujuh tiang tebu merah berlangitlangit kain kuning di ruh sungai mengalir
lengkaplah sudah tapaku tujuh purnama
dan dalam janji wangsit
telah kutambatkan di ulak banyumu
maka berbuihlah hai buih
cahaya bulan pengiring setanggi

tujuh kuntum nagasari di taman sukma sejati
kupetik atas nama tutus candi
maka berujudlah hai putri buih anak babangsa

di kukus dupa bersemayam hati yang rindang
akulah bujang pilihan titis ruh sukmaraga dan patmaraga
yang bangkit dari lubuk badangsanak
dalam lemakmanis minyaklikatbaburih
mari kekasih kita turaikan segala rindu

banjarbaru,1979

**
putri buih (putri junjung buih), sukmaraga dan
patmaraga dalam legenda rakyat banjar
(kalsael).

Tidak ada komentar: