Senin, 14 April 2008

edisi 20

Nalam Di Atas Danau

kutambatkan disinar rembulan
membiarkan sampan kecilku mengapung dalam cumbu ombak di tengah danau
dengarlah kadundangbathinku
secupak nira hanyutkan jiwamerindu

jangan kau biarkan dirimu terkurung dalam bulan
bukalah jendelapurnama atas nama cinta
uraikan rambutperakmu seluruh kasih
langit telah kering mengucurkan airmatamu
daundaun pinus telah basah mendesirkan isakmu

kutenggelamkan sudah masasilamku
berabadabad ekstase jiwa di tebingtebingbatu
setiap purnama seteguk nira pengobat rindu
mengapung di kuntum wajahmu
mari kadundangkan nalam kita
risalah percintaan kembara bersama angin

jangan sekejap pun wajahmu disaput awan
jangan ada bintang sembunyikan berlian matamu
menarilah putri rembulan
menarilah dalam gaun pengantin
gunung dan rimba telah lama ditinggal penghuninya
seperti juga bathinku
menarilah dengan segenap cinta
di atas jiwa mengombak

biarkan aku surup dalam mantra tarimu
biarkan aku halimun dalam mantra gaunmu
agar bumi kenduri di mana aku bersemayam
ditujuh lapis mekarnya rindu
ditujuh lapis wanginya wajahmu
melupa segala dendam sunyi
melupa segala dendam asap setanggi


banjarbaru,1981


Sekuntum Pagi

malam mana yang tak melunaskan
perjalanan panjangmu
sehingga mimpi memburumu sampai ke batas risau
begitu bimbang jejakmu di tengah angin
menafsir gugusan bintangbintang
tapi dengarlah
burungburung tak pernah mengenal musim berkicau
senantiasa mengekalkan riwayat kerinduan
pun embun tiada pernah menyangsikan tetes
di setiap ujung jiwa yang sunyi
nun di timur
di balik sutra halimun
lihatlah fajar memekarkan kuntumku
di atas bumi yang membangkitkan tidurnya
maka basuhlah risaumu dalam wangiku
agar mimpi tiada menggelisahkan rindumu
pada malammalam sajakmu

banjarbaru,1981


Saat Fajar Pun Rimbun

selamat pagi, Banjarbaru
telah kupelajari kicau burungburungmu
telah kupelajari embunmu di rerumputan lapangan murjani
dan anggun pepohonan pinusmu
tata kotamu yang membangkitkan gairah metrofolis
bagi wargamu
terima kasih fajar telah kau rimbunkan
memekarkan kuntumkuntum desemberku
begitu mewangi riwayat kelahiranku
selamat pagi, Banjarbaru kotaku sayang

banjarbaru,1982


Ekstasi Tanah Huma

hutanrimba pada meragai
muakkalmuakkal gelisah
munggah ke guagua tak berhuni
ingui kaririang di kayu lapuk
padang meranggas ilalang
satwa pada melata

tugaltugal tak jadi
humbut bangkala jadi makanan
akar bergantung jadi minuman
sanghiyang tak bisa lagi menangis
karena habis sudah airmata

nun siapa menghentak kurungkurung
menyipat gununggunung sampai ke lembahlembah
di lenganlengan barasuk gelang baw
basasaru ditandik balian
agar tanah huma terjaga dari ekstasinya

banjarbaru,1982

Tidak ada komentar: