Senin, 14 April 2008

edisi 3

Perkawinan Kawanku
: abdullah sp

Puisi yang pertama menetes di mana
Kau datang di malam bening mega abadi
Kendati pun saudara seibusebapamu
tak selaras dan meletuskan bedilnya

Ceceran tapaktapak hitam menginjak muka
Tanpa arti perdamaian di ujung penentuan terakhir
tapi dengan sayap kepastian kau ternabg bersama
biar jadi sepasang puntung

Perlahan tapi dengan jemari kemenangan
Mempelai wanita menyingkap dan mengusap
gaun penutup muka
gorden jendela serta salam yang tulus

Langit biru hari pun biru
Puisi kasih sayang dunia kasih sayang
Tak mengapa puisi yang ketiga baginya
Sekarang adalah milik kita bersama

Kuduslah segenap puisimu pengantin
Malam indah malam puisi
Angin pun berembus bagai sutra tanda kelembutan hati
Perkawinan adalah lambang imajinasi sebuah puisi

Banjarmasin, 1972

Ketika Kalender Dirobek

Ketika kalender dirobek
Jam dinding berdentang
Waktu yang meresahkan
Hati yang berkeringat

Ketika kalender dirobek
Langit termangu
Debu beterbangan
Dia tersedu di jejak berlari

Di atas gundukan jeritnya yang rindu
Di atas gundukan tugasnya di bahu
Dia berkata dalam segenap bahasa kesetiaan
Ketika kalender dirobek

Ketika kalender dirobek
Satudemisatu puisiku bergetar
Atas tanggung jawab
Atas pertiwiku yang semakin renta

Banjarmasin, 1972

Tentang sebuah Kehadiran
Tentang Sebuah Kebangkitan
: natal

“Lilin redup, cemara kaku harga diri manusia
dunia tambah gelap, segala yang berlaku
itu yang dimabukkan hirup racun penindasan
di aras kegelapan
gembala hilang piaraan di padang Efrata,
tandus di gawang musim

Dari tudung langit buka luas, memancar turun
sinar perak kudus
hadir berpuluh ratus malaikat dari firdaus
di atas Bethlehem memapah Immanuel
selamat datang engkau Yesus Kristus
kerasulan akhli kitab koyak ngilu nanah hitam
yang menetes beku pada dunia, pada lilinlilinnya
yang dimabukkan
dari arti bulan purnama yang sebenarnya

Lilin, redup, cemara kaku harga diri manusia
Yesus hadiahkan sebuah buka jendela musim
hirup anggur perdamaian abadi, ya Allah
berhentilah kiranya kau menangis bayibayi ummatNya
terang berkilauan dunia tuhan segenap isinya
hanya yang tinggal yang tak mau percaya dan lupa

Gerincing rantai raja yang dikaratkan
Akulah yang menentukan langit dan bumi
Hai engkau sekalian di kakiku
Hai engkau Yahuza ; Ini titahku !
Kuletakkan matapedang di tanganmu
Jadikan lautan merah, di sana aku
Akan berdiri tegak dengan membentangkan sayapku
Dari seantero alam, akulah raja dari sekalian raja “

Demikianlah ya Allah, Tuhanku yang Mahaesa
Mahakudus sekalian alam
malaikatmalaikat berarak bertatah pelangi firmanNya
di dalam taman Getsemani
kesyukuran kami, kesyukuran atas kebangkitan
nabi kami ke langit atas kasihsayangNya
sejahteralah engkau Yesus di di sisi Allah Yang Mahaesa

Malam ini, kami buka kitabMu yang kudus
dalam petibesi yang tependam dari zamankezaman
lalu tangan kami kini terjalin gemetar : Engkaulah Ia
nyanyian natal pun mengembang di antara dentang
lonceng
menyusup di puncak menara hati
O telah kami sambut kabar gembira
kabar keselamatan bagi ummat yang setia

Malam ini, Tuhanku
kami telah mengenal wajah kami dalam kemelut
Malam ini, Tuhanku
kami telah mengenal : Engkaulah Ia
ampunkan kami yang telah berbuat dosadosa :
“ Pada masa itu kamu akan menoleh dan meliha
bedanya orang yang benar dengan orang yang
fasik, antara orang yang berbakti kepada Allah
dengan orang yang tiada berbakti kepadaNya “
Amin.

Banjarmasin, 1970

Tidak ada komentar: