Senin, 14 April 2008

edisi 2

Pada Suatu Hari

Berjalanlah ia bersama syairnya
Menuju lembah dan perbukitan
Dengan suatu harapan dan kenangan
Ohai merapatlah cintaku yang berderai

Di suatu senja yang kekanakkanakkan
Jatuhlah hatinya menahan empasan pandang
Daundaun yang gugur dari dahan yang kering
Dihisap panasnya hari

Di antara ketiduran semuanya
Wajah yang penuh terkumpul makna
Ditiupkannya seruling sajaknya
Bagai kapal hendak merapat ke dermaga

Ohai pulanglah anaksianak hilang
Pulanglah dengan segenap cinta
Agar kulihat sinar rembulan
Karena kita satu jiwa
Karena kita leluhur bangsa

Banjarmasin, 1971

Di Bawah Cemara
: kepada YN

Bulan Mei tumbuh dan hidup
Pada hembusan pertama
Kulihat matamu nun jauh
Menembus suara lonceng dunia

Dan pada gema penghabisan
Telah kau capai tempatnya
Taburkanlah benih itu di atasnya
Bagian dari hidup kita dengan tiada sangsi

Tak mengenal musim cemara kita
Mendesir dan membelai penuh cinta
Dan bagai perak di bawah aurora

Kini betapa pun bulan Mei tidur dengan lelap
Tapi ia bangun tiada kasib pada kita waktu pagi
Selagi kita takjub mendengar kicau burungburungnya

Banjarmasin, 1973

Nyanyian Seribu Burung

Dalam padang rimba dunia
Di atas pohon bercabang lima
Ada nyanyian seribu burung
Lagu leluhur mengembang

Indahnya bumiku hijau
Meluncur keretapagi di atasnya
Putihnya putihmuda
Kami terbang di dalamnya

Adakah tetap saja jalannya kereta ini
Adakah tetap saja terbang kami bebas
Kami lihat kami lihat
Musim panas mengombak
Musim hujan mengepak

Mengapa engkau diam
Kubur saja mereka di sini
Di atas tumpukan kenangan
Sebelum petang tiba

Dalam padang rimba dunia
Di atas pohon bercabang lima
Ada nyanyian seribu burung
Ada bayi mati lemas dalam jantung

Banjarmasin, 1972

Tidak ada komentar: