Senin, 14 April 2008

edisi 7

Bencana Di Padang Karbela

Menggelepar pasir dicekik matahari
Selagi dosadosa bertolakpinggang
Kudakuda dan pedang hitam haus darah
Angin kejahilan mengibarkan angkaranya
Di debu membuat jubahnya merajalela
Menyerpihkan keyakinan yang dipunyai mereka

Selembar keyakinan di dadanya yang ber Tuhan
Mengibaskan sayapnya di atas keadilan dan
kebenaran
Menentang mereka yang tak percaya dan lupa
Bahwa dirinya tak seberapa
Orangorang muslim melepaskan bersama lestari dengan airmata
Dan napasnapas kebesaran Tuhan
Kepada pahlawannya yang berjubah putih
Mata orang Kufah setajam tombak beracun,
menyeringai
Ditentangnya dengan hati padat kalimah Tuhan
Allahu Akbar

Menggelepar sepuluh Muharram dirajam angkara
murka
Matahari memerah pucat menjuraikan tabirnya
Menghayati tubuhtubuh yang teserpih berkuah darah
Pasir pun menggigit bibirnya yang tajam
Bahwa belasungkawanya
Lalu pedang
berayun menggores sejarah islam
Seirama kehendak Tuhan dan cobaannya
Husien menghadapNya diantar berpuluhpuluh
malaikat
Bersama firmanNya yang suci
Darahnya menghiasi dada tiap muslim
Kemudian membentuk karangan bunga mengagungkan yang hakiki
Dipasrahkan ummat islam dalam sejarahnya

Banjarmasin, 1970


Kuli Pelabuhan

Seorang kuli pelabuhan
Kurus kering, usianya rambut dua
Memanggul karung ke gudang luas
Menggigil dan miringmiring

Peluhnya mengucur deras
Menghindarkan lamunannya
Dalam hingarbingar manusia
Di tengah rengkah panggangan matahari

Serine kapal mencibir di telinga
Kapal berlabuh dan perahu mengangkat sauh
Dan kakek mengoceh sendiri, sendu
Untuk mereka yang dimabukkan anggur dunia

Selagi karung padat membebani hidupnya
Otot kejang menyentaknyentak dan menggila
Dada dan hati merekah luka
Ruang terbuka menyimpan hasrat
Anganangan masa tua
Tertutup debu gudang luas
Dan timbunan karung tumpukan deritanya

Seorang kuli pelabuhan, kurus kering, matanya lesu
Memanggul karung ke gudang luas
Peluhnya deras mengental di pelabuhan
Antara kapal berlabuh

Banjarmasin,1970


Sebelum Usai Senja
:yati.ls

Sebelum kau singkap gaunmu
Rambutmu sudah menyentuh dadaku
Angin dingin, Dan kau berkata sesuatu
Tapi aku seperti tak tahu

Kulihat gemawan turun
Jingga dan samar caya
Kau tahu ? Hari bakal kelam
Dan kita makin tenggelam

Lalu kau betulkan dudukmu
Sementara bau wangi itu masih
Kau simpan dalam bajuku

Banjarmasin, 1977


Ada Yang Mengintipku

Kelambu sudah kupasang
Ah ! Ada siulan gaib
Di kastok di dinding
Selembar jubah hitam bergoyang
Remangremang mata kucing
Tajam menusuk
Di luar amat gelapnya malam
Kucium bau cendana

Diam hatiku diam wahai
Ada orang membaca al furqan
Sudah jam berapa ?
Di dinding seekor cecak melarikan diri

Engkaukah ?
Di balik lubang kunci
Bersiul dan
Menapaskan angin malam
Diam diam hatiku wahai

Banjarmasin, 1975

Tidak ada komentar: