Senin, 14 April 2008

edisi 25

Mata Hati

Apa yang kau harapkan pada kasatmatamu dalam gelap
selain merabaraba atau menghentikan langkahmu

Suatu kali aku menjadi tamu pada sahabatku, kuketuk pintu,
kuucapkan salam. “ ( Ia membalas dan menyebut namaku ),
masuklah pintu tak berkunci “. Kami berbincangbincang
Aku menjadi tamu lagi, dengan langkah pelan, kuketuk pintu,
aku tak mengucapkan salam. “ ( Ia menyebut namaku),
masuklah pintu tak berkunci “. Kami berbincangbincang
seperti biasanya.
Aku bertamu lagi kali ini kakiku tak beralas
sehingga tak bersuara sedikit pun dan sangat pelan pintu kuketuk.
“ (Ia menyebut namaku ), masuklah pintu tak berkunci “.
Banyak yang kami percakapkan.
Lama kami tak bertemu, aku kangen padanya.
Ketika sampai di muka beranda belum lagi naik
( pintu tertutup ) dari dalam sudah ada suara : “
( Menyebut namaku ), kemana saja lama tak bertandang,
masuklah dorong saja pintunya “. Subhanallah
Sahabat tunanetraku duduk di ruang tamu siap dua cangkir kopi.

Banjarbaru,1987


Sekuntum Senyum

Sedikit pun aku tiada tertarik secangkir anggur
apa lagi menyentuhnya
Mengapa aku diamdiam memetik sekuntum senyum yang kau mekarkan
Agar cintaku tak pernah tenang
Selalu meronta agar lepas dari sangkar hatiku
Bebas di cakrawala rindu
Dan tetirah dalam tidurku
Begitu wangimu semerbak dalam mimpi yang panjang

Banjarbaru,1987


Pelagu Sunyi

Setiap aku kesini selalu ada nyanyian
Aku tak ada minat sedikit pun untuk mendengarkannya
Itulah sebabnya mengapa aku bersunyisunyi
Tetapi entah kenapa setiap aku tenggelam dalam kesunyian
dan lebih ke dalam lagi
Nyanyian itu mengikuti bahkan sampai ke dasar
Bagaimana tidak akan kusampaikan katakata yang paling lembut
agar paham apa yang kumaksud
Tapi entah apa bibirku tak mampu melakukan itu
Hatiku berkata : Wahai siapa gerangan dikau yang menjadikan aku
sedemikian terusik
Ternyata hatiku sendiri yang menjawab :
Aku si pelagu sunyi yang paling malang
karena menistakan cintanya sendiri

Banjarbaru,1987


Arakan Kereta Naga

Aku merindukan arakan kereta naga kencana
Membawa pengantin sedang bersanding
Lengkap dikawal perjurit tantayungan
Inilah arakan pengantin banjar yang telah lenyap
ditelan zaman
Dan orangorang tak pernah berniat membangkitkan kembali
arakan kereta naga kencana itu
Karena hati mereka dibutakan kesilauan zaman kini
dan mereka telah melupakan adat pusaka
dan senibudayanya sendiri , sungguh malang

“ Inilah keajaiban arakan kereta naga kencana
Menjelma seperti seekor naga yang hidup
Matanya merah seperti bola api dan mulutnya menyembur api,
kepalanya tegak menatap sungai
Lalu berlari akan terjun ke sungai itu
sambil bersemburan api menyalanyala
Mandau pun membacok pipi kanan naga itu
sehingga berdarah
Naga itu pun seketika kembali ke ujud asalnya “

Banjarbaru,1987


Burungku

Bagaimana aku bisa mengambil burungku
Yang menatapku sepertinya bukan mata si jelita
melainkan mata burungku :
Jangan kau bawa, biarkan dia bersamaku
Duhai kicaunya tidak seperti biasa seriang ini
bahkanbegitu manja
Dia terbang bersama si jelita membubung tinggi
menembus awan, susulmenyusul, berputarputar di langit biru,
lalu mengembangkan sayapnya di sinar mentari
Tibatiba wahai menukik ke dalam hatiku
Membusur bianglala dengan warnawarna cemerlang di dinding hatiku Selagi aku takjub, tahutahu sudah bertengger di bahu kanankiriku

Banjarbaru, 1988

Tidak ada komentar: