Senin, 14 April 2008

edisi 4

Malam Idul Fitri

Malam ini malam suci, sahabat
Menguak segala tirai kabut
Di atas lautan taqwa dan takbir di puncak menara hati
O sahabat dari pancaran ayatayat suci Al Quran
Anakanak yatimpiatu, fakirmiskin dan yang mengharapkan cinta
menggenggam syukur, bersyukurlah kita, sahabat
Malam Idul Fitri
bagi seluruh kemanusiaan dan ummat

O sahabat, aku telah mendengarnya
bunyi beduk dan alunan azan
adalah seruan dari gemercik hidayah dan inayahNya
yang dilimpahkan kepada hati yang tulus dan ikhlas
ialah keselamatan dunia dan akhirat
atas segala kesalahan yang saling memaafkan
Minal Aidin Wal Faizin

Idul Fitri hari percintaan yang terbuka lebar
di hadapan ummat manusia, ia yang mengajak
masuk ke dalamnya
di sana, terbentang luas uhuwah islamiyah
embunembun kasihsayang

O sahabat, aku telah melihatnya
jubah islam mengembang
pembawa sinar kebenaran yang paling dalam
di sana, terkandung falsafah hidup manusia
hak dan kewajiban yang sama
mukmin berlayar di lautan hidup yang sejati
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Kita sujud di kakiNya
tangantangan kita menadah, mengetuk pintuNya
dengan hati yang gemetar
memohon ampun atas segala dosadosa
Kita sujud di kakiNya
memanjatkan rindu yang terpahat di dada
malam ini kita merebut hatiNya

Banjarmasin, 1971

Kepada AR.L

Besar benar hasratku agar kau
menarikan sebuah tarian untukku
Jam sebelas, tibatiba kudengar
kau telah berangkat
di mana kini kau diam abadi

Siapa pun akan terkejut dan tak menyangka
Keberangkatanmu semuda itu
Tapi engkau telah berbuat ikhlas

Di mana sesuatu yang masih tertinggal
Di mana engkau menutup layar
Di mana aku bergegas
Jam empat sore

Sekali aku tiba
Panggung itu telah kosong
Hanya tercium wangiwangian
Kembangkembang bogam

Di sana aku masih berdiri
Besar benar hasratku agar kau
Menarikan sebuah tarian untukku

Banjarmasin, 1974

Semenanjung Desir

sepanjang pasir
kaki kita akan cerita tentang cinta ?
camar telah pulang kesarang
batubatu karang sebentar lagi akan
jadi bayangan laut

ingatkah ketika kapal itu akan bertambat
dari arung yang jauh
kita masih menatap gemawan
dan semenanjung itu masih menyimpan ombak ?

sebab kitalah buih
kapal yang mau bertambat
seperti menghitung jarak pelabuhan

kasihku
tak cukup bahasa menafsir sebuah cinta
sebab sebentar lagi kita akan menjadi bayang
setelah matahari meninggalkan kita

Banjarmasin, 1970

Tidak ada komentar: