biar angin sekencangkencangnya
menyapu wajah laut bergelombang
biar pantai menceritakan dukanya
sebab akulah burung laut
yang mengabarkan ke jagatjagat
gelombangdemigelombang adalah
debur dalam jiwaku
kakiku berbuihbuih
merajah rinduku di pasirpasir
aku menari sendiri
agar aku tiada mengenal lagi masasilamku
mengantung pada tebingtebingbatu
maka bersenjalah semesta
kurindukan matahari menjadi segumpal darah
mengalir dilazuardi langit dan laut
perahuperahu nelayan telah lama menepi
batubatukarang telah menjadi arca sunyi
“ tiada letih hatiku merindu
rindulah badan harapan tak sampai
apalah artinya lama menunggu
airmata pun jatuhlah berderai “
katakan pada angin : akulah lautrindulah badan harapan tak sampai
apalah artinya lama menunggu
airmata pun jatuhlah berderai “
katakan pada laut : akulah gelombang
katakan pada gelombang : akulah pantai
katakan pada pantai : akulah pasir
katakan pada pasir : akulah buih
katakan pada buih : akulah rajah yang merindu matahari
katakan pada matahari : akulah burung
yang menari membusur langit
yang menari menghembus angin
dukaku duka pantai
dukaku duka perahu
dukaku duka karang
dukaku duka merindu
duka segumpal darah yang mengalir dalam jiwaku
“ tak gelombang tak laut
tak laut tak pantai
simbang oi, simanggu kacil
manyaru
kasih jangan bacarai “
simbang oi,tak laut tak pantai
simbang oi, simanggu kacil
manyaru
kasih jangan bacarai “
atas nama cinta
arung pada di masyrik
arung pada di magrib
arung pada di paksina
arung pada di daksina
simbang oi,
banjarbaru,1980
** simanggu kacil : nama gamelan banjar sekarang
berada di Museum Pusat
Jakarta sedang pasangannya
yaitu simanggu basar berada di
museum Lambung Mangkurat
Banjarbaru
manyaru : memanggil
bacarai : bercerai
Di Atas Sajadah
hidup tak lebih meraut layanglayang
dan menerbangkannya ke angkasa
angin dan hujan dan panas dan awan
adalah rajah nasib di tangan
laut dan lembah dan rimba dan gunung
adalah kubur bila ajal tiba
tapi ya tuhan beri aku kesempatan
meraut namamu dan menerbangkannya
jauh ke dalam diriku
dan ajalkanlah bila sampai di arasymu
banjarbaru, 1980
Gurindam Buat Sang Kekasih
aku adalah bahtera
maka beri aku laut
kau adalah pantai
maka kuberi kau ombak
aku adalah nakhoda
maka beri aku kemudi
kau adalah dermaga
maka kuberi kau sauh
jika bahtera merapat ke dermaga
pintaku jangan kau ajalkan rinduku
banjarbaru,1981
Tidak ada komentar:
Posting Komentar