Senin, 14 April 2008

edisi 22

Lailatulkadar

Siapa yang memiliki satu bulan seribu bulan
Di malam gasal bulan ramadhan ketika turunnya
wahyu Tuhan
Tuhan menjawab : Tak ada yang kuberikan pada
siapa pun kecuali pada orang yang beramal
kebaikan di malam kemuliaanku ini
Bahkan akan kulipat gandakan pahalanya

Ketika seribu bulan itu dikembalikan ke arasy
Orangorang itu masih juga menadahkan tangannya
Tibatiba arasy itu bergoncang
Tuhan berkata : Kenapa kamu yang datang kepadaku
Seharusnya akulah yang datang kepadamu
Sebab aku mencintai orangorang yang shaleh

Orangorang itu pun menangis
Tuhan kembali berkata :
Kuperintahkan malaikat kembali menabur
seribu bulan itu ke langit
Sebab aku mahakasih bagi mereka yang bertobat
dari jalan yang tidak kuredhoi

Banjarbaru,1984


Kata Hati

Kumasuki matamu yang menatapku
Ada satu pikiran yang menyala
Di tangan samasama membuka kunci
Sudahlah, tinggalkan yang sudahsudah

Menyusun sirih bertemu urat
Susunlah tujuh lembar yang dipetik
Terpisah janganlah terpisah ujungujungnya
Bertemu katahati bertemu dalam janji
Tapi janganlah dibuang tangkaitangkainya
Pengikat hati janganlah putus

Jika luruh kembang kemuning
Luruh sekuntum di tangan tiada kan sampai
Petikan kembang melati
Ruhui kehendak ruhui di dalam hati
Jika telah menghampar di pembaringan
Tiada kan hilang yang kita cari

Terangkai sudah
Semisal tidak terangkai di dalam mimpi
Percikkan air bunga rampai pada mautku

Banjarbaru,1984


Dalam Angka Angka

Apakah aku akan menjadi ular
Melata dalam hatimu, tidak akan
Itulah sebabnya mengapa aku mengatakan perihalku
Kau datang mengutakatik bilangan
Dari kecil sampai yang paling besar, kemudian pergi
Seperti dadu dalam mangkok berputar
Suaramu menjadikan debaran
Tetapi begitu diam ujudmu kembali ke dasarnya
Sebuah kerucut di atas kotak
Di dalamnya muslihatmuslihat hitunganmu
Maka diamdiam kuciptakan rumusrumus dalam diriku
Agar aku tidak lagi terperangkap
Nah, apa yang aku cemaskan, tidak akan
Sebab kau sematamata permainan dunia
dalam kehidupan penuh dusta

Banjarbaru,1985


Katakan Padaku

Sedemikian perihalmukah
Sehingga menatap sungai berlamalama
di ujung lanting
Sampai matahari membangkitkan seluruh cahayanya dari kaki langit
Katakan padaku
Sebab akulah sungai dan kau alirnya
Ilung dan ratik telah lama mendendangkan nyanyian sunyi di hati kita
Maka jangan lamalama di ujung lanting
Sebab akulah sampan dan kau kayuhnya
Yang akan membawamu sampai ke muara
Dan berkayuhlah
Besar benar hasratku mendengar bisikan halus kayuhmu
Sebab kita yang menyatu dalam ombakombak rindu

Banjarbaru, 1985

Tidak ada komentar: