Senin, 14 April 2008

edisi 17

Bagaimana Tidak

kau sengaja menyimpan risau ini
agar suaramu tidak bergetar
tapi bagaimana tidak angin masih juga
menggedorgedor hatimu tak henti
hingga bagai sebuah nyanyi opera
kau begitu waswas memasuki gerbang musim
karena cuaca sering tak menentu
dan bagaimana tidak hutanhutan gundul terlantar
rumahrumah bertumbuhan tak teratur
sampahsampah berserakan membuntui sungai
pepohonan ditepian ditebang semenamena
bagaimana tidak terjadi banjir, tanah longsor,
pasang bandang, sawah rusak, penyakit menular
dan banyak malapetaka lainnya
bagaimana tidak hatimu begitu risau
sesungguhnya antara kau dan manusia tak
terpisahkan
bagaimana tidak kau adalah rahmat
manusia cuma bisa meratap tetapi tidak pernah
mau berpikir mengapa terjadi malapetaka
inilah bagaimana tidak hatimu begitu risau
begitu melangkah kegerbang musim

banjarbaru, 1979


Bangunan Sekolah

setiap pagi minggu
anakanakku mengajak ke bangunan sekolahnya
yang baru dibangun
dengan sorot matamentari membias wajahwajah
patria
mereka berharap cepat selesai agar dapat belajar
untuk menyongsong masadepan
aku sangat bangga ketika mereka menyatakan
betapa besar cinta mereka terhadap negeri ini
tapi di balik itu aku bagai disayat sembilu
konstruksi bangunan, penyediaan sarana dan prasarana sekolah ini
apakah dapat mewujudkan citacita mereka
karena biaya pendidikan teramat mahal
dan pelaku pendidikan masih mencaricari sistem
anakanakku masih menatap bangunan sekolahnya
dengan matamentari dan wajahwajahpatria

banjarbaru,1979


Penarik Becak

orang tua itu duduk dalam becaknya
ia menyembunyikan demam di balik mantelnya
sudah setengah hari ini tak ada tumpangan
hujan masih juga mengguyur kota ini

ia membujuk hatinya yang risau
ia harus bertahan
pagi tadi ia sarapan bersama anakanaknya
sepiring singkong pakai sambel
ia memandang jauh menerobos tiraitirai hujan
entah berapa ratusribu kilometer jalan dan lorong
di kota ini sudah dijalaninya
keringatnya mengucur deras
kucuran keringat ini berharap dapat mewujudkan
citacita anakanaknya

ia bersyukur dan bangga anakanaknya
rajin sekolah dan agama sebagai landasan berpijaknya
inilah yang menghibur hatinya dan selalu bersemangat
untuk membiayai anakanaknya sekolah
di zaman seperti ini biaya pendidikan sangatlah mahal
sudah berapa bulan anaknya menonggak uang sekolah
dan kemarin ia terima surat peringatan terakhir
sepatu anakanaknya sudah bolong
juga pakaian seragam sudah mulai lusuh
sementara ini belum bisa membelikannya yang baru
ia tidak bisa minta tolong kepada siapasiapa kecuali
kepada tuhan
ia berdoa agar hujan cepat selesai

agar tumpangan bisa ia antar
orang tua itu mulai menghimpun seluruh kekuatan
dan semangatnya ketika hujan mulai reda
semoga hari yang masih tersisa ini
dapat melunasi harapannya

wajah orang tua itu diwarnai bianglala
terus mengayuh seakan tiada henti
menembus mega sampai gemawan itu turun
dengan mengucapkan hormat dan salam takjim padanya

banjarbaru,1979


Malam Hening

lilin merah berkalikali dipadamkan angin
entah apa setiap kunyalakan
aku ingin dekat denganMu

dedaunan pinus berdesir
kusembunyikan degup jantungku
dalam hamparan sajadahMu

setiap untai zikir
sukma sejatiku
tak letih menungguMu

banjarbaru,1979

1 komentar:

mailelfiker mengatakan...

he...kren juga... aq copy ya bang